Sabtu, 14 April 2012

Berbagi Cinta Di Sudut Kota :)

Meskipun nyata, tak satupun diantara kita yang menghendaki ketidaksempurnaan.
 Untuk alasan itulah kita diciptakan, 
untuk saling berbagi dan melengkapi


Semarang masih saja sama. Sekitar 3 menit sebelum tepat pukul 10.00, panas menyengat. Sejak itulah perjalanan Sabtu pagi kami mulai. Jangan tanya kemana saja kami hingga nyaris pukul 12.00 kami  masih berputar-putar di sepanjang jalan. Kawasan pedurungan, Semarang bawah. Jika anda pernah mengunjungi semarang, maka anda akan tau seperti apa rasanya suhu udara Semarang bawah pada jam-jam seperti itu (aku kehilangan kata untuk menjelaskannya, jika kata menyengat saja sudah kugunakan untuk menggambarkan suhu semarang atas (Tembalang) pada jam 10.00)

Akhirnya kami masuk kedalam kawasan padat permukiman. Rogomulyo. Bukan, bukan disana tempatnya. Ratusan meter kemudian, sebuah gang berliku kecil dengan jalan tanah mengantar kami. Terdapat signage dari papan bertuliskan “Panti Asuhan Cacat Ganda AL-Rifdah”. Bangunan yang belum utuh. Sebagian masih bertembok bata kasar dan belum di cor.

Aku, dua orang temanku, dan dua orang temannya temanku. Rumit memang, hhaha :D  tidak lama kemudian dua orang perempuan lagi datang, dua orang yang sama sekali asing bagiku. Kami bercakap-cakap dengan seorang perempuan setengah baya bernama... ehm, astagfirullah aku bahkan lupa nama perempuan berjilbab hitam tadi!! yang aku ingat beliaulah pendiri panti asuhan ini sejak 6 tahun silam, dibantu dengan 4 orang pengasuh lainnya.

Kami kemudian masuk ke kamar pertama. Ruangan bayi, seorang bayi yang tengah tidur pulas (disebutkan menderita hidrosefalus) dan seorang lainnya sedang meminum susu dotnya. Belakangan aku tahu, bayi ini menderita usus panjang dan baru saja dioperasi secara gratis di RS Telogorejo *ups, sebut merk gapapa kan niya?? Ruangan yang cukup layak, setidaknya demikian menurutku. Satu-satunya ruangan ber AC ditengah panasnya semarang.


Ruangan lainnya berisi lebih banyak orang. Suara hingar bingar yang ramai. Menurut ibu pengasuh mereka total berjumlah 19 orang, meskipun saat itu aku menghitung mereka 13 orang. Entah kemana sisanya, bodohnya tak terlintas bagiku untuk bertanya saat itu. Sumpah!! rasanya perih menahan air mata agar tidak menetes. Seorang anak menyambutku dengan senyuman yang tak pernah putus. Selalu tersenyum, seolah hidup tak pernah sekejam ini padanya. Matanya tak henti menatap kearahku, membuatku mendekat kearahnya. Dia memegang tanganku, dan aku kemudian menggenggam tangannya. Rambutnya botak, plontos pendek. Hingga kemudian aku tahu dia salah satu dari 3 belia perempuandisana. Dia EREN. Nama yang cantik sayang :D


Diruangan itu, beberapa pengasuh tengah menyuapi mereka bergantian. Nasi sayur bayam yang diblender jadi menu mereka yang tidak bisa memakan nasi utuh. Sebagian besar lumpuh dan tak bisa bangkit dari tempat tidurnya. Tapi seluruhnya bisu. Aku merutuki tindakan bodohku ketika dengan senyum mengembang aku mendekat dan bertanya “nama kamu siapa?”. Bahkan mereka takkan bisa mendengar ucapanku. Seperti seorang teman yang memotret seorang anak sambil menghitung satu.. duaa.. tigaa.. dan seorang teman berkomentar asal, “ga usah di hitung, menurutmu dia denger hituganmu?”

Namanya TEMU. Menurut ibu pengasuh, nama itu diberikan karna temu pernah beberapa kali hilang dan alhamdulillah selalu berhasil diketemukan. Seorang gadis yang baru saja mengalami masa pubertas. Baru beberapa bulan yang lalu Temu mengalami menstruasi dan sekarang Temu terlihat begitu senang ketika dikunjungi tamu pria. Temu pada akhirnya dekat dengan kami semua, terutama mas aang salah satu pencetus ide perjalanan kami itu. Ahh aku lupa mengatakan, Temu menderita bisu, tuli, dan autis. Bahasa tubuhnya yang tak kami mengerti, namun seolah-olah menggambarkan betapa dia senang dengan wajah mas aang yang mungkin menurutnya cakep. entahlaahh.. (seorang teman mungkin akan cemburu membaca tulisan ini :p ). Bukan kami yang menghibur temu, tapi temulah yang menghibur kami. Sikapnya yang langsung akrab dengan mas aang, pose-posenya ketika di foto, tingkah lucunya.. Aku mencoba menerka nerka apa yang kini sedang ada dalam pikiran Temu, tentu bukanlah hal yang gampang. Yaa.. setidaknya aku melihat bagaimana dia menikmati hidupnya siang itu, entah.

Tak banyak nama yang ku tangkap disana. Nama terakhir adalah Soly. Sempat kaget saat dia masuk menyeruduk kedalam kardiganku. Hhaha LOL :D satu-satunya anak yang menurutku sedikit normal. Soly bahkan bisa menyuapi teman-temannya yang lain, betapa saling melengkapi itu menyenangkan. Dia memanggilku, menyingkirkan jaket dari atas kursi dan mnyuruhku duduk disampingnya. aahh J





Sedikit ingin berbagi cerita dari obrolan ku dengan ibu pengasuh

“anak-anak asalnya dari mana ya bu?”
“ada yang dibuang, tapi sebagian besar hasil razia satpol PP atau polisi mbak”

“Ibu disini sudah lama?”

“sejak ramadhan kemarin mbak. Ini sudah tiga dua kali pindah. Biasanya ibu jual panti yang lama dulu, begitu laku langsung dibelikan tempat yang baru. Meskipun beberapa bangunan masih dibangun pelan pelan setiap anak anak ada rejeki”

yaa.. aku melihat 3 orang tukang sedang mengerjakan dinding mereka yang belum jadi itu

“kenapa pindah dari tempat lama bu?”

“yaa namanya hidup bertetangga ya mbak. Ada saja yang berpikir kalau cacat itu bisa menular, atau kehilangan selera makan kalau ada anak-anak, yaa seperti itulah kondisinya mbak”

aku melihat dalam melalui mata perempuan ini. terbersit hati ingin bertanya “apa ibu menikah? apa ibu punya anak?” tapi kemudian ku telan bulat-bulat pertanyaan tololku

“untuk berobat gimana bu? apa ada keringan dari rumah sakit?”

“dari rumah sakit ada jamkesmas, tapi ya itu pelayanannya tidak maksimal. Tapi alhamdulillah, masih banyak orang-orang yang berjiwa sosial dan prihatin dengan anak anak, sehingga prosesnya dimudahkan. Biasanya mereka kontrol secara bergantian 2 minggu sekali”


Alhamdulillaahh.. Tuhan masih membuka hati kita. Terima Kasih untuk unforgetable moment ini cc: Malek; Nory: Mas Aang: Mas Anton (terima kasih untuk es durennya, enak banget lo :p ): dan dua orang mbak mbak yang sekali lagi saya lupa namanya :D. Terima kasih Temu: Eren: Soly: dkk.

Kamis, 05 April 2012

Romansa Desa Petani Kaya China


Tadi pagi di sebuah ruangan kuliah yang cukup bikin beser, sempat dibuat ternganga alias melongo oleh si bapak dosen yang pagi tadi keliatan begitu segar dengan kemeja kremnyaa.


Bukan apa-apa, dengan frotal si Bapak yang  mari kita sebut Mr. Up berkata didepan kelas “petani yang miskin itu cuma di Indonesia!!” sial!! mana pentungannya banyak banget lagi. Katanya sih, bukannya menyepelekan petani Indonesia, tapi lihat saja kondisi petani di Romansa Petani Jagung sebagai gambaaran. Sudah petani Indonesia diberi pupuk dan bibit dengan harga selangit, pas panen pun masih digempur dengan hasil pertanian impor yang harganya nyaris setengah harga produk lokal. Bahkan konon, beberapa petani brambang alias bawang merah di Brebes pernah nekat tidak memanen hasil pertaniannya karena upah panen yang lebih mahal daripada harga jual bawang itu sendiri. Miris po rak?


Lalu dengan sigap Mr. Up membuka laman google.com dan menampilkan gambar ini di depan kelas. Huaxie Village. Desa Petani di China. Kayanyaaa.. bikin ngilerr dehh




ini DESA PETANI di CHINA lanjutnya lagi. Desa? oh Desa? *tepoktepokpipigapercaya. Lebih mirip sebuah kota satelit maju yang sangat modern, atau mirip tatanan konsep garden city punyanya si Ebenezer Howard. Ada bangunan tinggi menjulang, rumah-rumah besar nan mewah, namun tetap dikelilingi oleh lahan pertanian yang hijau. Pertanyaan saya, Gedung segede itu didesa dipake buat apa ya? masa kantor desa??




edehhh.. kantor desa??*sumpah bukannya bermaksud katrok lo ini.. Menara ini dinamai " The new village in the sky", dapat menampung 2000 warga, 3000 pengunjung simultan, dan yang lebih bikin berdecak kagum menara ini memiliki restoran berputar 360 derajat yang menyediakan ruang untuk 500 tamu. Wow..


Liat deh, mirip maket yaa.. katanya ini rumah petani loo..  alamakkk!!




kira-kira ada yang salah masuk rumah ga ya saking miripnya itu semua rumah?

diam-diam saya mbatin, "Pada nanam apa ya kok bisa punya rumah dan desa sebagus itu?? mau deh bibit nya, sapa tau bisa di tanam di Indonesiaa..."

Diluar itu semua, salut deh sama China yang engga hanya berhasil mematahkan opini “tidak ada petani yang kaya” tetapi juga keahliannya dalam mengantisipasi kebutuhan akan properti di masa datang. Dengan jumlah penduduk yang nau’dzubillah China harus pandai-pandai mengatur properti dan lahannya agar semua penduduknya bisa punya rumah dan lahan. Udah ga jaman yang namanya gusur-gusuran!! Bahkan itu desa, konon menjadi semakin kaya karena meningkatnya sktor pariwisata di sana.


dan yang terpenting, jadi petani juga bisa kaya loo.. Hhahaha J


 Kuliah yang menarik Mr. Up,, plok plok plok