Meskipun nyata, tak satupun
diantara kita yang menghendaki ketidaksempurnaan.
Untuk alasan itulah kita
diciptakan,
untuk saling berbagi dan melengkapi
Meskipun nyata, tak satupun
diantara kita yang menghendaki ketidaksempurnaan.
Untuk alasan itulah kita
diciptakan,
untuk saling berbagi dan melengkapi
untuk saling berbagi dan melengkapi
Akhirnya kami masuk kedalam kawasan padat permukiman. Rogomulyo.
Bukan, bukan disana tempatnya. Ratusan meter kemudian, sebuah gang berliku
kecil dengan jalan tanah mengantar kami. Terdapat signage dari papan
bertuliskan “Panti Asuhan Cacat Ganda AL-Rifdah”. Bangunan yang belum utuh.
Sebagian masih bertembok bata kasar dan belum di cor.
Aku, dua orang temanku, dan dua orang temannya temanku. Rumit
memang, hhaha :D tidak lama kemudian dua orang perempuan
lagi datang, dua orang yang sama sekali asing bagiku. Kami bercakap-cakap
dengan seorang perempuan setengah baya bernama... ehm, astagfirullah aku bahkan
lupa nama perempuan berjilbab hitam tadi!! yang aku ingat beliaulah pendiri
panti asuhan ini sejak 6 tahun silam, dibantu dengan 4 orang pengasuh lainnya.
Kami kemudian masuk ke kamar pertama. Ruangan bayi, seorang bayi
yang tengah tidur pulas (disebutkan menderita hidrosefalus) dan seorang lainnya
sedang meminum susu dotnya. Belakangan aku tahu, bayi ini menderita usus
panjang dan baru saja dioperasi secara gratis di RS Telogorejo *ups, sebut merk gapapa kan niya?? Ruangan yang cukup layak, setidaknya
demikian menurutku. Satu-satunya ruangan ber AC ditengah panasnya semarang.
Ruangan lainnya berisi lebih banyak
orang. Suara hingar bingar yang ramai. Menurut ibu pengasuh mereka total
berjumlah 19 orang, meskipun saat itu aku menghitung mereka 13 orang. Entah
kemana sisanya, bodohnya tak terlintas bagiku untuk bertanya saat itu. Sumpah!!
rasanya perih menahan air mata agar tidak menetes. Seorang anak menyambutku
dengan senyuman yang tak pernah putus. Selalu tersenyum, seolah hidup tak
pernah sekejam ini padanya. Matanya tak henti menatap kearahku, membuatku
mendekat kearahnya. Dia memegang tanganku, dan aku kemudian menggenggam
tangannya. Rambutnya botak, plontos pendek. Hingga kemudian aku tahu dia salah
satu dari 3 belia perempuandisana. Dia EREN. Nama yang cantik sayang :D
Diruangan itu, beberapa pengasuh tengah menyuapi mereka
bergantian. Nasi sayur bayam yang diblender jadi menu mereka yang tidak bisa
memakan nasi utuh. Sebagian besar lumpuh dan tak bisa bangkit dari tempat
tidurnya. Tapi seluruhnya bisu. Aku merutuki tindakan bodohku ketika dengan
senyum mengembang aku mendekat dan bertanya “nama kamu siapa?”. Bahkan mereka
takkan bisa mendengar ucapanku. Seperti seorang teman yang memotret seorang
anak sambil menghitung satu..
duaa.. tigaa.. dan seorang
teman berkomentar asal, “ga usah di hitung, menurutmu dia denger hituganmu?”
Namanya TEMU. Menurut ibu pengasuh, nama itu diberikan karna
temu pernah beberapa kali hilang dan alhamdulillah selalu berhasil diketemukan.
Seorang gadis yang baru saja mengalami masa pubertas. Baru beberapa bulan yang
lalu Temu mengalami menstruasi dan sekarang Temu terlihat begitu senang ketika
dikunjungi tamu pria. Temu pada akhirnya dekat dengan kami semua, terutama mas
aang salah satu pencetus ide perjalanan kami itu. Ahh aku lupa mengatakan, Temu
menderita bisu, tuli, dan autis. Bahasa tubuhnya yang tak kami mengerti, namun
seolah-olah menggambarkan betapa dia senang dengan wajah mas aang yang mungkin
menurutnya cakep. entahlaahh.. (seorang
teman mungkin akan cemburu membaca tulisan ini :p ). Bukan kami yang
menghibur temu, tapi temulah yang menghibur kami. Sikapnya yang langsung akrab
dengan mas aang, pose-posenya ketika di foto, tingkah lucunya.. Aku mencoba
menerka nerka apa yang kini sedang ada dalam pikiran Temu, tentu bukanlah hal
yang gampang. Yaa.. setidaknya aku melihat bagaimana dia menikmati hidupnya
siang itu, entah.
Tak banyak nama yang ku tangkap disana. Nama terakhir adalah
Soly. Sempat kaget saat dia masuk menyeruduk kedalam kardiganku. Hhaha LOL :D
satu-satunya anak yang menurutku sedikit normal. Soly bahkan bisa menyuapi
teman-temannya yang lain, betapa
saling melengkapi itu menyenangkan. Dia memanggilku, menyingkirkan jaket
dari atas kursi dan mnyuruhku duduk disampingnya. aahh J
Sedikit ingin berbagi cerita dari obrolan ku dengan ibu pengasuh
“anak-anak asalnya dari mana ya bu?”
“ada yang dibuang, tapi sebagian besar hasil razia satpol PP
atau polisi mbak”
“Ibu disini sudah lama?”
“sejak ramadhan kemarin mbak. Ini sudah tiga dua kali pindah.
Biasanya ibu jual panti yang lama dulu, begitu laku langsung dibelikan tempat
yang baru. Meskipun beberapa bangunan masih dibangun pelan pelan setiap anak
anak ada rejeki”
yaa.. aku melihat 3 orang tukang sedang mengerjakan dinding
mereka yang belum jadi itu
“kenapa pindah dari tempat lama bu?”
“yaa namanya hidup bertetangga ya mbak. Ada saja yang berpikir
kalau cacat itu bisa menular, atau kehilangan selera makan kalau ada anak-anak,
yaa seperti itulah kondisinya mbak”
aku melihat dalam melalui mata perempuan ini. terbersit hati
ingin bertanya “apa ibu menikah? apa ibu punya anak?” tapi kemudian ku telan
bulat-bulat pertanyaan tololku
“untuk berobat gimana bu? apa ada keringan dari rumah sakit?”
“dari rumah sakit ada jamkesmas, tapi ya itu pelayanannya tidak
maksimal. Tapi alhamdulillah, masih banyak orang-orang yang berjiwa sosial dan
prihatin dengan anak anak, sehingga prosesnya dimudahkan. Biasanya mereka
kontrol secara bergantian 2 minggu sekali”
Alhamdulillaahh.. Tuhan masih membuka hati kita. Terima Kasih
untuk unforgetable moment ini cc: Malek; Nory: Mas Aang: Mas
Anton (terima kasih untuk es durennya, enak banget lo :p ): dan dua orang mbak
mbak yang sekali lagi saya lupa namanya :D. Terima kasih Temu: Eren: Soly: dkk.
2 komentar:
Alhamdulillah......
Banyak Blog yang isinya plagiatisme. Namun Anda mampu menggoreskan teriakan sosial dan hasil orisinilitas. Semoga Niat anda akan bisa memberi inspirasi bagi sesama untuk lebih peka terhadap kondisi saudara kita yang memerlukan bantuan uluran tangan...
amiin :)
Posting Komentar