Konsep dan Kapasitas Kelembagaan
Pengembangan
kapasitas adalah proses dimana individu, organisasi, lembaga dan kemampuan
masyarakat dikembangkan untuk melakukan fungsi, memecahkan masalah dan mengatus
pencapaian tujuan. Pengembangan kapasitas kelembagaan menekankan pada
pemberdayaan individu dan organisasi serta menngharuskan pendekatan sistematis
yang dipetimbangkan dalam merancang pengembangan kapasitas strategi dan
program. Sementara itu, pengembangan kapasitas organisasi adalah serangkaian
upaya untuk meningkatkan kemampuan organisasi dan bagian-bagian yang ada di
dalamnya untuk menjadi organisasi yang efektif, efisien dan berkelanjutan. Jika
suatu organisasi telah menerapkan rencana pengembangan organisasi, maka tahap
berikutnya organisasi tersebut penting melakukan assessment kembali untuk
melihat sejauhmana perkembangan organisasi serta evaluasi terhadap rencana atau
strategi pengembangan yang telah dilaksanakan dan menentukan prioritas
pengembangan untuk waktu berikutnya.
Fokus pada
pengembangan kapasitas masyarakat tidak berarti bahwa kapasitas masyarakat
harus dikembangkan seluruhnya. Namun, UNDP mengambil strategis pendekatan untuk
menentukan dimana pengembangan kapasitas akan dilakukan. Sebagai contoh ada
beberapa negara yang mengembangkan kemitraan publik-swasta untuk peningkatan
kapasitas kelembagaan, namun disisi lain ada juga negara yang berfokus pada
penyediaan lingkungan yang kondusif bagi sektor swasta. Hal ini berarti tidak semua kapasitas dalam
pengembangan kelembagaan harus ditingkatkan kinerjanya, namun dibutuhkan
interpretasi dan respon yang tepat terhadap situasi dan kondisi yang dialami
dengan baik. Ada beberapa alasan tidak optimalnya kapasitas kelembagaan, antara
lain ssemua organisasi masing-masing memiliki beberapa tujuan dan biasanya
saling bertentangan. Selain itu adanya multiplisitas dan konflik antara tujuan
dan ditambah kendala lainnya sehingga mencegah setiap organisasi menjadi
efektif dan yang terakhir organisasi yang efektif untuk satu set konstituen mungkin
tidak akan efektif atau justru akan berbahaya bagi organisasi lain (1977: 67,
dikutip di McKinney, 1986: 36)
Dalam
pengembangan kapasitas dan tata kelola berkelanjutan antara lain sebagai
berikut:
a.
Responsif terhadap kebutuhan
masyarakat dan stakeholder
b.
Partisipatif : pelibatan
semua pria dan wanita yang terlibat dalam pengambilan keputusan selama proses
berlangsung
c.
Transparan : proses
transparansi harus dibangun atas arus informasi yang bebas
d.
Quitable : adanya kesetaraan
gender terhadap arus informasi yang bebas
e.
Akuntabel : pembuat keputusan
di pemerintahan, sektor swasta, dan masyarakat sipil bertanggungjawab terhadap
publik serta stakeholder kelembagaan
f.
Konsensus : Berorientasi pada
kepentingan terbaik dari seluruh kelompok
g.
Efektif dan efisien : Prosesdan
lembaga menghasilkan hasil yang memenuhi kebutuhan tersebut dengan penggunaan
sumberdaya terbaik.
Kapasitas
organisasi pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja organisasi tersebut.
Kapasitas kelembagaan mencakup sumberdaya, pengetahuan, dan proses yang
digunakan organisasi tersebut untuk mencapai tujuannya. Ini terdiri atas fisik,
infrastruktur, teknologi, sumberdaya keuangan, kepemimpinan strategis, program
dan manajemen serta jaringan dan hubungan dengan organisasi lain.
Definisi pengembangan kapasitas
setidaknya mencakup beberapa hal berikut, yaitu :
-
Pengembangan kapasitas
merupakan proses yang berlangsung
-
Pengembangan kapasitas
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan organisasi untuk mencapai fungsi dan
pencapaian sasaran
-
Pengembangan kapasitas meningkatkan
kemampuan organisasi untuk belajar dan menyelesaikan permasalahan
-
Pengembangan kapasitas
termasuk menciptakan kemampuan untuk menguraikan isu saat ini dan
mengantisipasi isu relevan dimasa mendatang
Tata kelola lembaga yang baik
ditunjukkan oleh beberapa hal seperti terjadi proses check and balance di
tataran internal lembaga, komunikasi internal yang menjunjung keterbukaan dan
kesetaraan, orientasi organisasi yang jelas, kemampuan untuk beradaptasi
terhadap perubahan eksternal maupun internal lembaga dengan tetap berpegang
kepada orientasi organisasi dan terjadi pelembagaan pengetahuan yang telah
diperoleh guna mendukung pengembangan kapasitas organisasi.
|
Kepemimpinan strategis adalah kemampuan untuk menilai dan memnafsirkan kebutuhan dan peluang diluar organisasi, untuk membentuk arahserta mempengaruhi orang lain dan menyelaraskan menuju tujuan bersama, untuk memotivasi mereka dan komitmen bersama untuk bertindak dan membuat bertanggung jawab atas kinerja mereka.
Manajemen
program berkaitan langsung dengan produksi dan pengiriman pelayanan untuk klien
atau kelompok sasaran.Untuk alasan keputusan program, manajemen akan memiliki
dampak langsung pada kinerja organisasi. Jaringan dan linkage menjadi lebih penting sebagai organisasi semakin kompleks,
lalu berkembang hubungan jaringan. Saat ini, stakeholder semakin beragam dan
mitra menekan organisasi untuk terlibat dalam semua aspek pekerjaan, mulai dari
prioritas pengaturan dan penggalangan dana untuk pelaksanaan program dan
evaluasi hasil
Konsep umum
mengenai lembaga meliputi apa yang ada pada tingkat lokal atau masyarakat, unit
manajemen proyek, badan, parastatus, departemen-departemen di pemerintah maupun
milik swasta. Kelembagaan lebih dipandang sebagai suatu manajemen dan
keterkaitan antara sumber daya manusia, keuangan dan hubungan atau sistem kerja
antara suatu lembaga dengan lembaga lainnya. Sebagai contoh konkrit,
hasil kerja lembaga dapat berupa infrastruktur, penyediaan barang atau
pelayanan (jasa), seperti pembangunan irigasi dan pengobatan bagi orang
sakit. Hasil yang dapat diperoleh dari pengembangan kelembagaan
adalah mekanisme kegiatan yang teratur dan saling mendukung (terkoordinasi)
yang pada akhirnya memberikan situasi dan kondisi yang kondusif dalam pemberian
pelayanan dan terpenuhinya kebutuhan masyarakat, seperti kelembagaan
perkeretaapian. Hasil pengembangan kelembagaan perkeretaapian tidak
diukur dari berapa jumlah masyarakat yang dapat menaiki kereta api sebagai alat
transportasinya tetapi apakah semua penumpang dapat berangkat dan tiba tepat
waktu, apakah tingkat kecelakaan kereta api relatif kecil dan dapat menurun
setiap tahunnya, apakah penumpang merasa nyaman bepergian dengan kereta api dan
berbagai hasil positif lainnya yang mungkin tidak dapat dinilai dalam waktu singkat
dan abstrak (bukan dalam bentuk barang yang dapat diraba atau dilihat).
Referensi :
Horton, Douglas dkk. 2003. Evaluating
capacity development: Experiences from research and development Organizations
around the world. ISNAR : Netherland
UNDP. 1997. Capacity
Development. New York.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar